Suara
Rakyat, Untuk Pemimpin Masa Depan
( Yang Sesungguhnya )
Jujur
saja, aku terkadang tak begitu paham akan masalah politik Indonesia, karena
bagiku mereka yang masuk dan terjun ke dalamnya sama – sama mempunyai tujuan
yang serupa. Ingin memajukan bangsa dan negara bangsa Indonesia, walau
menggunakan cara – cara yang berbeda. Tentu saja, semua masyarakat di Indonesia
segera ingin melepas gelar dari jabatan “ Negara Berkembang “ dan secepatnya
berevolusi ke “ Negara Maju “. Walau begitu, terkadang banyak dari masyarakat
Indonesia sendiri yang hanya ingin cara instan dan segera merasakannya. Intinya
saat ini aku ingin membahas tetang masyarakat Indonesianya sendiri, bukan pada
pemerintahnya.
Oke,
para calaon pemimpin baik dengan jabatan presiden, MPR, DPR, wakil presiden,
dan yang lainnya kebanyakan kita tak mengenalnya luar dalam. Kita dapat
mengetahui kepribadian mereka hanya dari berita baik koran maupun televisi dan
internet, tak urung kadang melalui isu ataupun gosip yang beredar dengan cepat.
Oleh karena itu kebanyakan dari mereka berpikir seperti “ Aku nggak kenal
mereka, buat apa aku pilih salah satu dari mereka jika cuman mereka yang
untung? Lagi pula apa mereka begitu aku pilih akan langsug berkunjung ke rumah
kasih ucapan trimakasih karena aku udah milih mereka? Nggak kan? Buang tenaga
aja sama waktu. “ ataupun seperti “ Kalaupun aku milih nggak milih sama sekali
nggak ada ngaruhnya. Dari dasarnya aja kali Indonesia kayak gini. “ dan ada pula yang berkomentar seperti “ Para
caleg itu cuman ingin jabatan aja, untungnya ya buat mereka aja. Buktinya
begitu selesai masa kampanye yang mana mereka suka bagi – bagi nyatanya begitu
terpilih mereka langsung lupa asalnyakan? Katanya semuanya untuk kepentingan
rakyat, coba liat kebanyakan yang dapat semua dari pemerintah ya para calegnya
!?”
Pemikiran
seperti itu selalu saja ada pada saat pemilu menjelang yang mengakibatkan
adanya istilah “ GOLPUT “. Baik, warga negara Indonesia mempunyai hak dan
kewajiban dalam berkewarganegaraan, salah satunya tentu saja memilih. Akan
tetapi melilih di sini kerap kali disalah gunakan oleh mereka yang suka sekali
mengembalikakan kata – kata. Karena punya hak pilih, bagi mereka golput juga
salah satu pilihan. Dan sering kali mereka yang golput suka sekali memprotes
pemerintah yang ada dalam melaksanakan tugasnya. Bagiku mereka yang seperti itu
hanya bisa menang dalam kata – kata, kalau mereka selalu mencoba protes kenapa
tidak mereka saja yang maju dan dengan cara mereka sendiri untuk merubah
Indonesia menjadi baik versi “ Mereka “.
Pada
masa – masa seperti ini nyawa dari Indonesia jelas berada di tangan rakyat. Serharusnya.
Akan tetapi aku terkadang tak berpikir demikian, setelah sempat mengetahui
beberapa fakta dari pemerintahan Indonesia yang dapat dibilang termasuk kelam, jelas
pemikiran negatif sebelumnya yang aku berpikir akan “ GOLPUT” itu salah seakan
mulai aku review kembali. Rakyat memang benar tak tahu menahu soal bidang
politik dan pemerintahannya yang berjalan selama ini. Bukannya aku punya maksud
buruk pada para calon “ Penguasa “ di Indonesia ini, akan tetapi mereka yang
selalu bilang bahwa satu suara kita sangagtlah berpengaruh dalam memajukan negara Indonesia ini seakan hanya kata – kata omong
kosong. Buat apa kita bersusah payah memilih bila sudah ada skenario sendiri
dibalik semuanya?
Tapi
walau demikian aku masih berharap akan kemajuan dari bangsa Indonesia sendiri. Jadi,
satu – satunya yang dapat dilakukan dalam pemerintah adalah merevisi pengulangan
dalam sistemnya bukan? Hal tersebut hanya bisa dilakukan pada para calon dari “ Pemimpin “ untuk masa depan. Dan siapa
mereka? Tentu saja adalah para pemuda – pemudi dari Indonesia sendiri. Yang mempunyai
rasa tanggung jawab akan negara Indonesia sendiri, rasa nasionalisme yang nggak
kalah besar dari para pemimpin saat ini. Memang pengalaman dalam memimpin itu
penting, tapi semua selalu dari niatnya bukan? Jadi seharusnya dalam berpoltik di
pemerintahan Indonesia tidak ada rasa senioritas, karena kita sama – sama ingin
memajukan negara ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar